Arab Saudi Akan Naikkan Produksi Minyak
Berita Dunia Internasional – Donald Trump selaku presiden Amerika Serikat telah mendesak pemerintahan yang dipimpin oleh Raja Salman bin Abdul Aziz yaitu Arab Saudi guna meningkatkan produksi minyak secara drastis. Presiden Amerika Serikat ini meminta untuk meningkatkan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per harinya.
Donald Trump yakin dengan menaikkan produksi minyak akan bisa menyelesaikan kenaikan biaya bahan bakar. Trump mendesak pemerintahan Arab saudi karena negara ini merupakan negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Dalam akun twitternya Donald Trump menuliskan bahwa dia telah berbicara dengan Raja Salman presiden Arab Saudi tentang kekacauan dan disfungsi yang terjadi di Iran dan Venezuela.
Dia meminta untuk Arab Saudi meningkatkan produksi minyak sebanyak 2 juta barel yang mana permintaan tersebut disetujui oleh Raja Salman. Anda dapat mengupdate berita dunia internasional di media online matamatapolitik.com yang memuat berita internasioanl yang terpercaya dan aktual. Lain dari hal itu, organisasi pengekspor minyak negara (OPEC) telah menyepakati untuk meningkatkan pendapatan tetapi gagal karena tidak bisa meyakinkan pasar.
Donald Trump dan Raja Salman berbicara melalui telepon seluler sebagaimana dikonformasi oleh kantor berita Aran Saudi. Mereka membicarakan tentang stabilitas pasar minyak. Tetapi, kantor berita Arab Saudi tidak membicarakan tentang kesepakatan tentang kenaikan produksi minyak sebanyak dua juta barel per hari. Arab saudi sendiri memiliki cadangan minyak sekitar 1.5 juta sampai 2 juta barel per harinya. Hal ini telah membuktikan bahwa negara Arab Saudi terkenal sebagai negara penghasil minyak terbanyak di dunia.
Berita Dunia Internasional tentang kesepakatan antara Raja Salman dan Donald Trump untuk menaikkan jumlah produksi sebanyak 2 juta barel dibenarkan oleh pejabat pemerintahan Arab Saudi kepada media berita The Wall Street Journal. Dia mengatakan bahwa Arab Saudi tidak ingin melakukan tambahan produksi yang melampaui batas. Kaenaikan harga minyak minggu lalu disebabkan karena Amerika Serikat berencana untuk memberi sanksi kepada negara yang menjadi produsen minyak utama yaitu Iran.
Hal ini dilaporkan oleh media berita CBC News. Media ini melaporkan bahwa pemerintahan Amerika Serikat meminta negara sekutu supaya tidak membeli minyak di Iran setelah kesepakan nuklir antara Amerika Serikat dan Irak ditarik. Sehingga Donald Trump menaikkan harga minyak karena pembatalan kesepakatan nuklir. Selain masalah dengan Iran, kekacauan yang terjadi di Venezuela dan pertempuran di Libia juga memicu naiknya harga minyak. Untuk mengetahui berita dunia internasional yang terpercaya anda bisa melihat di matamatapolitik.com.